Senin, 31 Januari 2011

Prancis Keberatan Balita Berbahasa Inggris

Rakyat Prancis sangat fanatik dengan bahasa nasional mereka. Bagi mereka, tidak ada bahasa yang sebagus Bahasa Prancis. Maka, tidak heran bila ada yang marah saat presiden mereka berinisiatif membuat program pengenalan bahasa asing kepada anak-anak balita (bawah lima tahun).

Menurut harian Daily Mail, Minggu 30 Januari 2011, Sarkozy ingin anak-anak Prancis sejak umur tiga tahun mulai belajar bahasa negara tetangga mereka, Inggris. Ini agar mereka sedari kecil sudah terlatih bercakap-cakap dalam bahasa Inggris, yang di banyak negara telah menjadi medium komunikasi internasional.

Namun, sebagian kalangan di Prancis menentang kebijakan itu. Mereka menilai bahwa rencana Sarkozy ini akan merusak bahasa Prancis dan berpotensi menghilangkan kebanggaan berbahasa nasional.

Beberapa ahli bahasa di Prancis mengatakan bahwa, ketimbang mengajarkan bahasa Inggris, seharusnya Sarkozy fokus terhadap usaha memajukan bahasa sendiri.
Seperti dilansir dari harian The Telegraph, pengamat bahasa bernama Eric Zemmour mengatakan selama ini rata-rata orang Prancis buruk dalam berbahasa Inggris. Namun, itu merupakan bukti bahwa mereka justru bersikap patriotik.

Prancis sejak dahulu kala terkenal akan nasionalisme dan kebanggaannya menggunakan bahasa asli. Di zaman moderen, kebanggaan rakyat Prancis bahasa mereka, ujar Zemmour, tetap terlihat sejak Perang Dunia II.

Pemimpin besar Prancis saat itu, Jenderal besar Charles de Gaulle, tidak pernah berbicara bahasa Inggris demi prinsip. Padahal, bahasa itu selalu digunakan para panglima perang dari dua negara sekutur Prancis, Inggris dan Amerika Serikat, untuk berkomunikasi saat membahas strategi mengahkan Nazi Jerman.

Mantan Presiden Prancis, Jacques Chirac, bahkan berani meninggalkan ruang sidang di tengah suatu pertemuan di Brussels, Belgia. Pasalnya, seorang panelis saat itu berbicara dalam bahasa Inggris.

Maka, beberapa pengamat menilai saran Sarkozy itu sebagai cara untuk menutupi kelemahannya dalam berbahasa. Bulan lalu, seorang tokoh oposisi sosialis, Francois Loncie, mengeluarkan pernyataan bahwa Sarkozy telah melecehkan bahasa Prancis. Sarkozy dinilai tidak paham tata bahasa Prancis dan sering menggunakan ekspresi yang vulgar.

Beberapa orang lainnya mengatakan bahwa rencana Sarkozy itu juga merupakan bentuk frustasi karena dia sendiri tidak lancar berbahasa Inggris. Sarkozy disebutkan tidak mengerti lelucon yang dikeluarkan oleh beberapa pemimpin negara pada suatu acara yang menggunakan bahasa Inggris.

keamanan WNI di Mesir

Gejolak yang terjadi di Mesir dinilai sudah masuk tahap berbahaya bagi warga Indonesia yang berada di sana. Keamanan dan situasi politik makin tidak menentu.

Pemerintah Indonesia memutuskan untuk mulai mengevakuasi warga di sana. "Jam demi jam kami berkomunikasi dengan Dubes kita di Kairo. Tentu di bawah instruksi Presiden," kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa di Kantor Presiden, Senin 31 Januari 2011.

Kementerian Luar Negeri juga telah menghadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk membahas langkah-langkah yang akan dilakukan sesuai skenario dan rencana evakuasi yang selama ini sudah disusun. Termasuk diantaranya masalah transportasi.
Kedutaan Indonesia di sana, lanjutnya, sudah berkordinasi dengan sekitar 6000 WNI. Meski sudah terjalin komunikasi, Marty mengakui kecemasan sudah melanda WNI yang sebagian besar adalah mahasiswa. "Ada 20 posko dan 3 titik penampungan, jadi komunikasi sudah berjalan," jelasnya.

Saat ini, pemerintah Indoesia mulai melakukan proses evakuasi. Mengingat toko-toko hanya buka pada jam tertentu, Kedutaan menyediakan bantuan Sembako. "Tapi yang paling utama adalah pengaktifan evakuasi."
Mesir memanas sejak Selasa lalu. Puluhan ribu pendemo anti-Presiden Hosni Mubarak bentrok dengan aparat keamanan. Selain bentrok, penjarahan juga terjadi di kota Kairo. Lebih dari 70 orang warga Mesir, tewas dalam aksi demonstrasi ini.